BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyakit atau wabah demam berdarah yang menarik perhatian dunia untuk pertama kali muncul di Manila pada tahun 1954. Untuk sebagian kasus demam berdarah banyak sekali terjadi di negara-negara yang terletak pada tempat tropis dan subtropis, oleh lantaran itu tidak mengherankan apabila nyamuk sebagai mediator virus dari penyakit ini menyukai lingkungan yang hangat untuk hidup.
Bulan ini telah memasuki isu terkini penghujan, oleh karenanya kita harus waspada dengan penyakit demam berdarah. Hal ini dikarenakan negara kita masuk di dalam tempat tropis yang merupakan tempat favorit untuk hidup dari nyamuk. Demam berdarah bisa menjadi penyakit yang mematikan jikalau kita tidak dengan segera menanganinya.
Pembawa virus dari penyakit Demam Berdarah yakni nyamuk aedes aegypti. Cara penyebaran virus demam berdarah melalui nyamuk aedes aegypti yang menggigit seseorang yang sudah terinfeksi terlebih dahulu oleh virus demam berdarah. Virus ini akan terbawa oleh nyamuk melalui kelenjar ludahnya. Setelah itu nyamuk aedes aegypti yang sudah terinfeksi akan menggigit orang yang sehat, dan bersamaan dengan terhisapnya darah dari orang yang sehat tadi maka virus demam berdarah tersebut juga akan berpindah ke orang tersebut dan mengakibatkan orang sehat tadi terinfeksi virus demam berdarah.
Nyamuk aedes aegypti atau yang sering disebut juga nyamuk demam berdarah ini mempunyai siklus hidup yang berbeda dengan nyamuk biasa. Nyamuk demam berdarah ini aktif dari pagi hari hingga sekitar jam 3 sore untuk menghisap darah korbannya yang berarti juga sanggup mengembangkan virus demam berdarah. Sedangkan pada malam hari nyamuk ini akan tidur, maka berhati-hatilah terhadap gigitan nyamuk pada siang hari dan sebisa mungkin cegahlah nyamuk ini menggigit anak yang sedang tidur di siang hari.
Kebiasaan dari nyamuk aedes aegypti ini yakni bahagia berada di genangan air yang higienis dan di tempat yang banyak pepohonan menyerupai di taman atau kebun sekitar rumah. Bahkan mungkin kita tidak akan menyadari bahwa genangan air pada pot bunga di rumah kita menjadi salah satu tempat favorit dari nyamuk aedes aegypti atau nyamuk demam berdarah.
BAB II
ISI
Pengertian Aedes Aegypti
Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang sanggup membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever) dan chikungunya. Penyebaran jenis ini sangat luas, mencakup hampir semua tempat tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus dengue, A. aegypti merupakan pembawa utama (primary vector) dan bersama Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota. Mengingat keganasan penyakit demam berdarah, masyarakat harus bisa mengenali dan mengetahui cara-cara mengendalikan jenis ini untuk membantu mengurangi persebaran penyakit demam berdarah.
Ciri Morfologi Nyamuk Aedes Aegypti
Nyamuk Aedes aegypti dewasa mempunyai ukuran sedang dengan badan berwarna hitam kecoklatan, memiliki kaki panjang dan merupakan serangga yang mempunyai sepasang sayap sehingga tergolong pada ordo Diptera dan family Culicidae. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Di kepingan punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di kepingan kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies ini. Sisik-sisik pada badan nyamuk pada umumnya praktis rontok atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua. Ukuran dan warna nyamuk jenis ini kerap berbeda antar populasi, tergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi yang diperoleh nyamuk selama perkembangan. Nyamuk jantan dan betina tidak mempunyai perbedaan dalam hal ukuran nyamuk jantan yang umumnya lebih kecil dari betina dan terdapatnya rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan. Kedua ciri ini sanggup diamati dengan mata telanjang. Tubuh nyamuk terdiri atas tiga kepingan yaitu kepala, dada dan perut.
Nyamuk mempunyai sepasang antena berbentuk filiform berbentuk panjang dan langsing serta terdiri atas 15 segmen. Antena sanggup digunakan sebagai kunci untuk membedakan kelamin pada nyamuk dewasa. Antena nyamuk jantan lebih lebat daripada nyamuk betina. Bulu lebat pada nyamuk jantan disebut plumose sedangkan pada nyamuk betina yang jumlahnya lebih sedikit disebut pilose .
Proboscis merupakan bentuk ekspresi modifikasi untuk menusuk. Nyamuk betina mempunyai proboscis yang lebih panjang dan tajam, badan membungkuk serta mempunyai kepingan tepi sayap yang bersisik. Dada terdiri atas protoraks, mesotoraks dan metatoraks. Mesotoraks merupakan kepingan dada yang terbesar dan pada kepingan atas disebut scutum yang digunakan untuk menyesuaikan ketika terbang. Sepasang sayap terletak pada mesotoraks. Nyamuk mempunyai sayap yang panjang, transparan dan terdiri atas percabangan-percabangan (vena) dan dilengkapi dengan sisi. Abdomen nyamuk tediri atas sepuluh segmen, biasanya yang terlihat segmen pertama hingga segmen ke delapan, segmen-segmen terakhir biasanya termodifikasi menjadi alat reproduksi. Nyamuk betina mempunyai 8 segmen yang lengkap. Seluruh segmen abdomen berwarna belang hitam putih, membentuk pola tertentu dan pada betina ujung abdomen membentuk titik (meruncing).
Perilaku dan Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti
Aedes aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi hingga siang hari. Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina lantaran hanya nyamuk betina yang mengisap darah. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh asupan protein yang diperlukannya untuk memproduksi telur. Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah, dan memperoleh energi dari nektar bunga ataupun tumbuhan. Jenis ini menyenangi area yang gelap dan benda-benda berwarna hitam atau merah. Demam berdarah kerap menyerang bawah umur lantaran bawah umur cenderung duduk di dalam kelas selama pagi hingga siang hari dan kaki mereka yang tersembunyi di bawah meja menjadi sasaran empuk nyamuk jenis ini.
Infeksi virus dalam badan nyamuk sanggup menimbulkan perubahan sikap yang mengarah pada peningkatan kompetensi vektor, yaitu kemampuan nyamuk mengembangkan virus. Infeksi virus sanggup menimbulkan nyamuk kurang handal dalam mengisap darah, berulang kali menusukkan proboscisnya, namun tidak berhasil mengisap darah sehingga nyamuk berpindah dari satu orang ke orang lain. Akibatnya, risiko penularan virus menjadi semakin besar.
Di Indonesia, nyamuk A. aegypti umumnya mempunyai habitat di lingkungan perumahan, di mana terdapat banyak genangan air higienis dalam kolam mandi ataupun tempayan. Nyamuk A. aegypti, menyerupai halnya culicines lain, meletakkan telur pada permukaan air higienis secara individual. Telur berbentuk elips berwarna hitam dan terpisah satu dengan yang lain. Telur menetas dalam 1 hingga 2 hari menjadi larva.
Terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva yang disebut instar. Perkembangan dari instar 1 ke instar 4 memerlukan waktu sekitar 5 hari. Setelah mencapai instar ke-4, larva berkembang menjadi pupa di mana larva memasuki masa dorman. Pupa bertahan selama 2 hari sebelum kesannya nyamuk sampaumur keluar dari pupa. Perkembangan dari telur hingga nyamuk sampaumur membutuhkan waktu 7 hingga 8 hari, namun sanggup lebih usang jikalau kondisi lingkungan tidak mendukung.
Telur Aedes aegypti tahan kekeringan dan sanggup bertahan hingga 1 bulan dalam keadaan kering. Jika terendam air, telur kering sanggup menetas menjadi larva. Sebaliknya, larva sangat membutuhkan air yang cukup untuk perkembangannya. Kondisi larva ketika berkembang sanggup memengaruhi kondisi nyamuk sampaumur yang dihasilkan. Sebagai contoh, populasi larva yang melebihi ketersediaan masakan akan menghasilkan nyamuk sampaumur yang cenderung lebih rakus dalam mengisap darah. Sebaliknya, lingkungan yang kaya akan nutrisi menghasilkan nyamuk-nyamuk.
4. Bionomi Nyamuk Aedes Aegypti
Bionomik vektor mencakup kesenangan tempat perindukan nyamuk, kesenangan nyamuk menggigit, kesenangan nyamuk istirahat, usang hidup dan jarak terbang:
1) Kesenangan tempat perindukan nyamuk.
Tempat perindukan nyamuk biasanya berupa genangan air yang tertampung disuatu tempat atau bejana. Nyamuk Aedes tidak sanggup berkembangbiak digenangan air yang pribadi bersentuhan dengan tanah. Genangannya yang disukai sebagai tempat perindukan nyamuk ini berupa genangan air yang tertampung di suatu wadah yang biasanya disebut kontainer atau tempat penampungan air bukan genangan air di tanah.Survei yang telah dilakukan di beberapa kota di Indonesia memperlihatkan bahwa tempat perindukan yang paling potensial yakni TPA yang digunakan sehari –hari menyerupai drum, tempayan, kolam mandi, kolam WC, ember dan sejenisnya. Tempat perindukan aksesori yakni disebut non-TPA, menyerupai tempat minuman hewan, vas bunga, perangkap semut dan lain-lainnya, sedangkan TPA alamiah menyerupai lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon pisang, potongan bambu, dan lain-lainnya.
Nyamuk Aedes aegypti lebih tertarik untuk meletakkan telurnya pada TPA lembap yang berwarna gelap, paling menyukai warna hitam, terbuka lebar, dan terutama yang terletak di tempat-tempat terlindung sinar matahari langsung. Tempat perindukan nyamuk Aedes yaitu tempat di mana nyamuk Aedes meletakkan telurnya terdapat di dalam rumah (indoor) maupun di luar rumah(outdoor). Tempat perindukan yang ada di dalam rumah yang paling utama yakni tempat-tempat penampungan air: kolam mandi, kolam air WC, tandon air minum,tempayan, gentong tanah liat, gentong plastik, ember, drum, vas tumbuhan hias,perangkap semut, dan lain-lain. Sedangkan tempat perindukan yang ada di luar rumah (halaman): drum, kaleng bekas, botol bekas, ban bekas, pot bekas, pottanaman hias yang terisi oleh air hujan, tandon air minum, dan lain-lain.
2) Kesenangan nyamuk menggigit
Nyamuk Aedes hidup di dalam dan di sekitar rumah sehingga masakan yang diperoleh semuanya tersedia di situ. Boleh dikatakan bahwa nyamuk Aedes aegypti betina sangat menyukai darah insan (antropofilik). Kebiasaan menghisap darah terutama pada pagi hari jam 08.00-12.00 FREE dan sore hari jam 15.00-17.00. Nyamuk betina mempunyai kebiasaan menghisap darah berpindah-pindah berkali-klali dari satu individu ke individu yang lain. Hal ini disebabkan lantaran pada siang harimanusia yang menjadi sumber masakan darah utamanya dalam keadaan aktif bekerja/bergerak sehingga nyamuk tidak sanggup menghisap darah dengan damai hingga kenyang pada satu individu. Keadaan inilah yang mengakibatkan penularan penyakit DBD menjadi lebih praktis terjadi.Waktu mencari makanan, selain terdorong oleh rasa lapar, nyamuk Aedes juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kedaluwarsa yang dipancarkan oleh inang,temperatur, kelembaban, kadar karbon dioksida dan warna. Untuk jarak yang lebih jauh, faktor kedaluwarsa memegang peranan penting bila dibandingkan dengan faktor lainnya.
Sedangkan nyamuk Aedes Albopictus betina aktif di luar ruangan yang teduh dan terhindar dari angin. Nyamuk iniaktif menggigit pada siang hari. Puncak kegiatan menggigit ini bervariasi tergantung habitat nyamuk meskipun diketahui pada pagi hari dan petang hari.
3) Kesenangan nyamuk istirahat
Kebiasaan istirahat nyamuk Aedes aegypti lebih banyak di dalam rumah pada benda-benda yang bergantung, berwarna gelap, dan di tempat-tempat lain yang terlindung. Di tempat-tempat tersebut nyamuk menunggu proses pematangan telur. Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina akan meletakan telurnya di dinding tempat perkembangbiakannya, sedikit di atas permukaan air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu ± 2 hari sesudah telur terendam air. Setiap kali bertelur nyamuk betina sanggup mengeluarkan telur sebanyak 100 butir. Telur tersebut sanggup bertahan hingga berbulan-bulan bila berada di tempat kering dengan suhu -2ºC hingga 42ºC, dan bila di tempat tersebut tergenang air atau kelembabannya tinggi maka telur sanggup menetas lebih cepat .
4) Jarak terbang
Penyebaran nyamuk Aedes Aegypti betina sampaumur dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk ketersediaan tempat bertelur dan darah, tetapi sepertinya terbatas hingga jarak 100 meter dari lokasi kemunculan.Akan tetapi penelitian terbaru di Puerto Rico memperlihatkan bahwa nyamuk ini sanggup menyebar hingga lebih dari 400 meter terutama untuk mencari tempat bertelur. Transportasi pasif sanggup berlangsung melalui telur dan larva yang ada di dalam penampung.
5) Lama hidup
Nyamuk Aedes Aegypti sampaumur mempunyai rata-rata usang hidup 8 hari. Selama isu terkini hujan, ketika masa bertahan hidup lebih panjang, risiko penyebaran virus semakin besar. Dengan demikian, diharapkan lebih banyak penelitian untuk mengkaji survival alami Aedes Aegypti dalam aneka macam kondisi
Untuk sanggup memberantas nyamuk Aedes Aegypti secara efektif diharapkan pengetahuan perihal pola sikap nyamuk tersebut yaitu sikap mencari darah, istirahat dan berkembang biak, sehingga diharapkan akan dicapai Pemberantasan Sarang Nyamuk dan jentik Nyamuk Aedes Aegypti yang tepat .
Perilaku tersebut mencakup :
a) Perilaku Mencari Darah
1. Setelah kawin, nyamuk betina memerlukan darah untuk bertelur
2. Nyamuk betina menghisap darah insan setiap 2 – 3 hari sekali
3. Menghisap darah pada pagi hari hingga sore hari, dan lebih suka pada jam 08.00 – 12.00 FREE dan jam 15.00 – 17.00
4. Untuk mendapat darah yang cukup, nyamuk betina sering menggigit lebih dari satu orang
5. Jarak terbang nyamuk sekitar 100 meter
6. Umur nyamuk betina sanggup mencapai sekitar 1 bulan.
b) Perilaku Istirahat
Setelah kenyang menghisap darah, nyamuk betina perlu istirahat sekitar 2 – 3 hari untuk mematangkan telur. Tempat istirahat yang disukai :
1. Tempat-tempat yang lembab dan kurang terang, menyerupai kamar mandi, dapur.
2. Di dalam rumah menyerupai baju yang digantung, kelambu, tirai.
3. Di luar rumah menyerupai pada tumbuhan hias di halaman rumah.
c) Perilaku berkembangbiak Nyamuk aedes aegypti bertelur dan berkembang biak di tempat penampungan air higienis seperti:
1. Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari :bak mandi, WC, tempayan, drum air, kolam menara( tower air) yang tidak tertutup, sumur gali.
2. Wadah yang berisi air higienis atau air hujan: tempat minum burung, vas bunga, pot bunga, potongan bambu yang sanggup menampung air, kaleng, botol, tempat pembuangan air di kulkas dan barang bekas lainnya yang sanggup menampung air meskipun dalam volume kecil.
5. Pengendalian Vektor
Pemberantasan nyamuk Ae. aegypti bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan final hidup penyakit demam berdarah dengue hingga ke tingkat yang bukan merupakan dilema kesehatan masyarakat lagi. Cara yang hingga ketika ini masih dianggap paling tepat untuk mengendalikan penyebaran penyakit demam berdarah yakni dengan mengendalikan populasi dan penyebaran vektor. Program yang sering dikampanyekan di Indonesia yakni 3M, yaitu menguras, menutup, dan mengubur.
·Menguras kolam mandi, untuk memastikan tidak adanya larva nyamuk yang berkembang di dalam air dan tidak ada telur yang menempel pada dinding kolam mandi.
·Menutup tempat penampungan air sehingga tidak ada nyamuk yang mempunyai saluran ke tempat itu untuk bertelur.
·Mengubur barang bekas sehingga tidak sanggup menampung air hujan dan dijadikan tempat nyamuk bertelur.
Ada beberapacara lain untuk pemberantasan nyamuk Aedes Aegypti diantaranya :
a. Pengasapan (Fogging)
Pengasapan atau fogging dengan memakai jenis insektisida misalnya, golongan organophospat atau pyrethroid synthetic (Supartha,2008). Contohnya, malathion dan fenthoin, takaran yang digunakan yakni 1 liter malathion 95% EC + 3 liter solar. Pengasapan dilakukan pada pagi antara jam 07.00-10.00 dan sore antara jam 15.00-17.00 secara serempak. Penyemprotan dilakukan dua siklus dengan interval 1 minggu. Pada penyemprotan pertama, semua nyamuk yang mengandung virus dengue (nyamuk infentif) dan nyamuk lainnya akan mati. Penyemprotan kedua bertujuan supaya nyamuk gres yang infektif akan terbasmi sebelum sempat menularkan kepada orang lain. Dalam waktu singkat, tindakan penyemprotan sanggup membatasi penularan, akan tetapi tindakan ini harus diikuti dengan pemberantasan terhadap jentiknya supaya populasi nyamuk penular sanggup tetap ditekan serendah – rendahnya. Pemberantasan nyamuk sampaumur tidak dengan memakai cara penyemprotan pada dinding (residual spraying) lantaran nyamuk Ae.aegypti tidak suka hinggap pada dinding, melainkan pada benda-benda yang tergantung menyerupai kelambu dan pakaian yang tergantung.
b. Repelen
Repelen, yaitu materi kimia atau non-kimia yang berguna mengganggu kemampuan insekta untuk mengenal materi atraktan dari binatang atau manusia. Dengan kata lain, materi itu berguna mencegah nyamuk hinggap dan menggigit. Bahan tersebut memblokir fungsi sensori pada nyamuk. Jika digunakan dengan benar, repelen nyamuk bermanfaat untuk memperlihatkan pertolongan pada individu pemakainya dari gigitan nyamuk selama jangka waktu tertentu (Kardinan,2007). Nyamuk dalam mengincar mangsanya lebih mengandalkan daya cium dan panas badan calon korbannya. Daya penciuman itulah yang menjadi sasaran dalam menghalau nyamuk.
Salah satu cara yang lebih ramah lingkungan yakni memanfaatkan tumbuhan anti nyamuk (insektisida hidup pengusir nyamuk). Tanaman hidup pengusir nyamuk yakni jenis tumbuhan yang dalam kondisi hidup bisa menghalau nyamuk. Cara penempatan tumbuhan ini bisa diletakkan di sudut-sudut ruangan dalam rumah, sebagai media untuk mengusir nyamuk. Jumlah tumbuhan dalam ruangan tergantung luas ruangan. Sementara, untuk penempatan diluar rumah/pekarangan sebaiknya diletakkan bersahabat pintu, jendela atau lubang udara lainnya, sehingga aroma tumbuhan terbawa angin masuk ke dalam ruangan. Contoh tumbuhan anti nyamuk yang praktis ditemui antara lain: Tembelekan (Lantana camera L), Bunga Tahi ayam atau Tahi Kotok (Tagetes patula), Karanyam (Geranium spp), Sereh Wangi (Andropogonnardus/ Cymbopogon nardus), Selasih (Ocimum spp), Suren (Toona sureni, Merr), Zodia (Evodia suaveolens, Scheff), Geranium (Geranium homeanum, Turez) dan Lavender (Lavandula latifolia,Chaix).
c. Teknik Serangga Mandul (TSM)
Radiasi sanggup dimanfaatkan untuk pengendalian vektor yaitu untuk membunuh secara pribadi dengan teknik desinfestasi radiasi dan membunuh secara tidak pribadi yang lebih dikenal dengan Teknik Serangga Mandul (TSM), yaitu suatu teknik pengendalian vektor yang potensial, ramah lingkungan, efektif, spesies spesifik dan kompatibel dengan teknik lain. Prinsip dasar TSM sangat sederhana, yaitu membunuh serangga dengan serangga itu sendiri (autocidal technique). Teknik Jantan Mandul atau TJM merupakan teknik pemberantasan serangga dengan jalan memandulkan serangga jantan. Radiasi untuk pemandulan ini sanggup memakai sinar gamma, sinar X atau neutron, namun dari ketiga sinar tersebut yang umum digunakan yakni sinar gamma.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
- Nyamuk Aedes merupakan ordo Diptera mempunyai 1162 spesies. Aedes Aegypti merupakan vektor demam berdarah Dengue. Aedes Aegypti selain vektor demam berdarah dengue (Dengue Hemorrhagic Fever) yakni demam dengue (Dengue Fever) yang dikenal sebahai Cikungunyah (Break Bone Fever). Ciri khas yang membedakan Aedes Aegypti yakni strip putih yang terdapat pada kepingan skutumnya. Skutum Aedes Aegypti berwarna hitam dengan dua strip putih sejajar di kepingan dorsal tengan yang diapit oleh dua garis lengkung berwarna putih. Nyamuk termasuk serangga yang mengalami metamorfosis tepat (holometabola). Tahapan yang dialami oleh nyamuk yaitu telur ,larva, pupa, dan dewasa. Bionomik vektr mencakup kesenangan tempat perindukan nyamuk, kesenangan nyamuk menggigit, kesenangan nyamuk istirahat, usang hidup dan jarak terbang.
2. Saran
Kegiatan pemberantasan nyamuk aedes aegypti yang sanggup dilaksanakan dengan cara fogging, repelen, dan teknik serangga mandul .
Adapun cara lainnya yaitu dengan 3M , Menguras , Menutup , Mengubur.
0 Response to "Karya Ilmiah Wacana Nyamuk Aedes Aegypti"
Post a Comment